Monday, December 16, 2013

Desember Kelabu?


Hari ini tepat hari bertambah bulan umurku.. dan ya.. aq merasa sangat letih sekali. Padahal baru kemarin aq cuti.
Bulan Desember ini.. bulan nightmare buat aq..
Usaha perjuanganku yang aq tekadkan dengan seluruh perasaan yang ada, ditolaknya.

Mungkin memang salahku,, semuanya salahku.. aq mungkin memang tidak pernah benar dimatanya, mungkin kebahagiaan saat kami bersama pun tak diintip sedikitpun olehnya.


Setelah cape dengan semuanya, aq kembali memikirkan semuanya. Kembali memikirkan apa yang aq cari, apa yang aq pertahankan selama ini. Ya, aq mempertahankan harga diriku, rasa sakitku, aq ingin diperjuangkan.. bukankah itu keinginan semua wanita kepada calonnya? Sampai akhirnya aq menyerah,, dan yang aq pikirkan aq sayang dia dan berharap dialah pelabuhan terakhirku. Simple? ya akhirnya aq berpikir simple semuanya. Aq menekan semua perasaan yang begitu sakit, demi dia, demi kami, demi pernikahan kami.
Mungkin caraku berkomunikasi dengannya salah, cara aq menyampaikan padanya salah, hingga ia menganggap aq main-main. Dan mungkin waktuku sudah terlambat. Tapi tidak ada kata terlambat bukan untuk memperjuangkan?

Perjuanganpun aq mulai, aq meminta diberikan kesempatan. Dia hanya minta waktu untuk berdoa. saat dia bilang begitu, aq hanya pasrah. Waktu 2 minggu yang dia minta. Mencoba sabar, hingga H-2hari pertahananku jebol, aq ga sanggup dengan perlakuannya yang tiba2 dingin padaku. Ya, aq kaget. Aq berekspektasi. Salahku lagi? Ya, itu salahku lagi yang masih kurang sabar.. Tapi, salahkah aq dengan perlakuanmu yang naik turun serasa mempermainkanku?Hmm mungkin ini balasan darinya untukku karena moody ku yang naik turun?Setelah bertemu denganmu, aq pulang,, pulang dengan kehampaan. Pulang dengan membisu, pulang dengan penuh air mata.. Masuk rumah, langsung masuk kamar dan nangis sejadi-jadinya. Aq sakit.

Entah apa yang aq pikirkan, aq minta diberikan kesempatan.. Kesempatan untuk merubah apa yang kamu pikirkan tentang aq, aq yang dulu. Dan lagi-lagi kamu minta waktu masa tenang,, kali ini sampai akhir bulan November, 3 minggu lebih aq harus menunggu. Banyak lika-liku disana, tiap ada kesempatan aq coba untuk membujuk dengan caraku, aq coba mengingatkan dengan caraku,, tapi itu semua kamu anggap aq mengganggu masa tenang. Aq melakukan itu karena ada momentnya, bukan sengaja diniatkan untuk mengganggu masa tenang. Tapi ya,, lagi-lagi aq yang salah. Segala kesalahan kamu curahkan, dan aq hanya diam. Aq ga mau menentangmu, aq ga mau ribut denganmu.. Sungguh aq cape ribut denganmu,, aq kangen kita.. Kita yang bersama-sama, kita yang manja-manjaan. Sungguh aq rindu hal itu.
Hingga akhirnya 30 November, aq minta kita ketemuan untuk membahas semuanya. Entah kenapa aq dandan dengan sangatnya, kugunakan sendal yang kamu belikan, meski aq tau kakiku akan sakit setelahnya. Aq hanya berharap, kamu mau memberiku kesempatan. Kita mulai lagi semuanya. Tapi hati kecilku membisikkan, itu terakhir kali kamu berdandan untuknya. Kuhilangkan semua bisikan hati kecilku. Mencoba tersenyum untukmu. Kita makan, layaknya orang pacaran, meskipun kau kaku. Dan akhirnya memutuskan ngobrol di taman suropati. Kita berjalan, mencari tempat yang nyaman untuk berbicara, meskipun tak ada tempat nyaman sedikitpun untuk kita.

Pembicaraanpun dimulai dengan pertanyaan mas kenapa ngajak hari itu. Mungkin mas pikir, aq kembali tidak sabaran. Itu end of the month, sesuai perjanjian kita. Sikap dinginmu pun kembali terasa, kekakuan yang terjadi. Sakit? ya aq sakit. Apalagi saat kamu bilang, kamu sudah tidak mau lagi. Hancur semua disana. Pulang dengan lemasnya.

Keesokan hari, rencananya keundangan, aq batalkan semua. Aq ga sanggup. Aq ga sanggup kalo aq harus merusak nikahan sahabat kuliahku. Kuputuskan untuk diam dikosan, memikirkan kembali semuanya.
Aq hanya takut, takut jika aq lepaskan kamu dalam keadaan yang kamu lihat adalah aq yang dulu, aq akan kehilangan kamu selamanya. Dan aq ga mau mengulangi kesalahan yang pernah aq perbuat. Aq minta waktu 2 bulan untuk menjadi pacarmu lagi, untuk merubah pikiranmu tentang aq yang dulu.. Jika sudah, dan kamu tetap tidak bisa, aq akan menyerah. Ya aq akan menyerah semuanya.

Tapi, kamu tak kunjung menjawab tawaranku. Jujur, otakku sudah tidak tau harus bagaimana, harus berbuat apalagi. Akhirnya aq minta tolong abi, setelah itu aq ingin kita bertemu bertiga, aq-kamu-dan ibumu, tanpa kamu ketahui kedatanganku. Aq sudah membatalkan pertemuan bertiga saat kamu bilang kamu akan keundangan. Tapi ibumu minta tetap bertemu kalau bisa, sekedar curhat-curhatan. Jujur, ingin rasanya aq menolak, tapi aq ingat omonganmu tentang orang jawa. Aq iyakan permintaan ibumu. Sebelum berangkat ibuku mewanti-wanti untuk ga usah ngomong yang lain-lain. Iyakan saja apa yang ibumu minta.
Selama ngobrol, aq tersentil banyaaak sekali.. Aq hanya diam dan berkata iya untuk hal-hal yang masih bisa aq tahan. Hingga kembali mempermasalahkan penampilanku, dan bahkan masalah ngunduh mantu. Jujur, aq jadi berpikir kenapa masalah ngunduh mantu harus dipermasalahkan saat itu?Ada apa?apa yang selama ini sudah dikerjakan itu keterpaksaan?Aq tidak pernah mempermasalahkan kembali masalah ngunduh mantu sejak kamu bilang hormati keinginan orangtua. Iya, aq hormati keinginan orang tuamu. dan perubahan keputusankan bukan karena aq, tapi kenapa sekarang jadi mempermasalahkan ke aq? dan jadi membicarakan persoalan pernikahan. Disitu aq lemas, aq hanya berbicara apa yang sesuai dengan logikaku, logika kebanyakan orang. Segalanya bisa dibicarakan kelak. Setelah bertemu ibu, badanku gemetar. Ingin rasanya pulang ke rumah, tapi aq tak sanggup melihat reaksi ibuku yang melihat anaknya saat itu. Aq hubungi beberapa teman, sampai akhirnya teman kantorku yang bersedia menjemputku, dan ada teman kuliahku yang bersedia aq tumpangi menginap.

Tak ingin diganggu oleh siapapun, tak kuangkat telepon dari siapapun. Diam menyepi di apartemen seorang teman yang jarang aq temui, tiba-tiba aq hubungi dalam keadaan aq setengah sadar.

Tuhan, ini kah petunjuk-Mu? Seperti inikah petunjuk dari-Mu?



.... to be continued


0 komentar:

Post a Comment